PROOFDAILY – Kesurupan, dalam konteks budaya dan kepercayaan masyarakat, seringkali dipahami sebagai keadaan di mana seseorang tampaknya kehilangan kontrol atas dirinya dan berperilaku seolah-olah entitas lain, seperti roh atau makhluk gaib, mengambil alih tubuh mereka. Fenomena ini telah diperdebatkan selama berabad-abad dan dijelaskan melalui berbagai perspektif, termasuk agama, budaya, dan ilmu pengetahuan. Artikel ini akan menggali pemahaman ilmiah mengenai fenomena kesurupan.

  1. Pandangan Neuropsikologi:
    • Disosiasi: Dalam neuropsikologi, kesurupan dapat dipahami sebagai kondisi disosiatif di mana terjadi gangguan pada proses kesadaran, memori, identitas, atau persepsi. Orang yang mengalami disosiasi mungkin merasa terputus dari diri mereka atau lingkungan sekitar dan dapat menunjukkan perilaku yang sangat berbeda dari norma, yang mirip dengan tindakan ‘terambil alih’.
    • Kondisi Neurologis: Ada kondisi neurologis tertentu, seperti epilepsi lobus temporal, yang dapat menyebabkan perubahan perilaku dan persepsi yang bisa disalahartikan sebagai kesurupan.
  2. Pandangan Psikologis:
    • Histeria Massa: Dalam beberapa kasus, kesurupan bisa muncul sebagai fenomena psikologis sosial yang dikenal sebagai histeria massa, di mana ada penyebaran perilaku dan emosi melalui sebuah kelompok, sering kali sebagai respons terhadap stres.
    • Saranabilitas: Orang yang memiliki tingkat saranabilitas tinggi—kemampuan untuk merespon dan bertindak berdasarkan saran—lebih mungkin mengalami episod kesurupan, terutama jika mereka berada dalam lingkungan di mana konsep tersebut secara sosial diterima dan diharapkan.
  3. Pandangan Sosiokultural:
    • Norma Budaya dan Keyakinan: Di banyak budaya, kesurupan diakui sebagai bagian dari praktek spiritual atau agama. Dalam konteks ini, kesurupan bisa dianggap sebagai cara untuk berkomunikasi dengan alam gaib atau sebagai bentuk ekspresi simbolik dari konflik atau kebutuhan sosial.
  4. Faktor Psikosomatik:
    • Stres dan Trauma: Stres atau trauma psikologis bisa memicu manifestasi fisik melalui kesurupan. Ini bisa menjadi cara tubuh dan pikiran untuk mengekspresikan atau mengatasi tekanan emosional yang tidak dapat diungkapkan melalui kata-kata.
  5. Kritik Ilmiah Terhadap Konsep Kesurupan:
    • Kurangnya Bukti Empiris: Para ilmuwan sering mengkritik klaim kesurupan karena kurangnya bukti empiris yang dapat diuji dan diulang. Kesurupan, dalam pandangan ilmiah, harus diselidiki dengan mempertimbangkan penjelasan psikologis dan neurologis sebelum menyimpulkan adanya faktor supranatural.

Kesimpulan:
Kesurupan, meskipun sering dijelaskan dalam kerangka kerja spiritual atau supranatural, dapat juga dipahami melalui lensa psikologis dan neuropsikologis. Penjelasan ilmiah menunjuk pada faktor-faktor seperti kondisi neurologis, disosiasi psikologis, fenomena sosial-psikologis, dan respons terhadap stres atau trauma. Penting untuk mendekati fenomena ini dengan pikiran terbuka dan metodologi ilmiah, dengan mengakui bahwa pemahaman kita tentang kesurupan terus berkembang seiring dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan psikologi.