kontroversi-pemilihan-presiden-georgia-mantan-striker-manchester-city-dan-masa-depan-aksesi-uni-eropa

proofdaily – Mantan striker Manchester City, Mikheil Kavelashvili, resmi terpilih sebagai Presiden Georgia dalam pemilihan yang diadakan oleh dewan elektoral yang dikendalikan oleh partai penguasa, Georgian Dream. Pemilihan ini terjadi di tengah ketegangan politik yang tinggi dan protes besar-besaran di ibu kota Tbilisi.

Kavelashvili, yang berusia 53 tahun, dengan mudah memenangkan suara dewan elektoral yang terdiri dari 300 anggota, termasuk anggota parlemen dan perwakilan pemerintah daerah. Dari 225 pemilih yang hadir, 224 memberikan suara untuk Kavelashvili, yang merupakan satu-satunya kandidat yang diajukan oleh Georgian Dream.

Pemilihan Kavelashvili disambut dengan protes besar-besaran dari warga Georgia yang menentang keputusan Georgian Dream untuk menunda pembicaraan mengenai aksesi Uni Eropa hingga 2028. Ribuan demonstran telah berkumpul di luar gedung parlemen selama lebih dari dua minggu, menuntut pemilu ulang dan menolak keputusan partai penguasa untuk menunda proses aksesi UE.

Para demonstran menyebut Kavelashvili sebagai “boneka” dari oligarki Bidzina Ivanishvili, pendiri Georgian Dream, yang dianggap semakin otoriter dan condong ke Rusia. Kavelashvili sendiri dikenal dengan pandangan sayap kanan dan sering mengkritik Barat serta kelompok LGBTQ.

kontroversi-pemilihan-presiden-georgia-mantan-striker-manchester-city-dan-masa-depan-aksesi-uni-eropa

Mikheil Kavelashvili memulai karier sepak bolanya di Georgia dan Rusia sebelum bermain untuk Manchester City antara 1995 hingga 1997. Meskipun hanya membuat beberapa penampilan untuk City, ia kemudian menikmati karier yang lebih sukses di Swiss, bermain untuk beberapa klub di Liga Super Swiss. Setelah pensiun dari sepak bola, Kavelashvili terjun ke politik dan terpilih sebagai anggota parlemen untuk Georgian Dream pada 2016 medusa88.

Pemilihan Kavelashvili sebagai presiden telah memicu reaksi keras dari oposisi dan masyarakat internasional. Presiden Georgia yang akan lengser, Salome Zourabichvili, yang pro-Barat, menyebut pemilihan ini sebagai “ejekan terhadap demokrasi” dan berjanji untuk tetap menjabat setelah masa jabatannya berakhir pada Senin, menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya pemimpin yang sah hingga pemilu baru diadakan.

Sementara itu, Uni Eropa dan negara-negara Barat lainnya telah mengungkapkan keprihatinan atas arah politik Georgia yang semakin otoriter dan pro-Rusia. Keputusan Georgian Dream untuk menunda pembicaraan aksesi UE dan mengesahkan undang-undang yang membatasi kebebasan berbicara dan hak-hak LGBTQ telah memicu ancaman sanksi dari UE.

Pemilihan Kavelashvili dan keputusan Georgian Dream untuk menunda proses aksesi UE telah membuat harapan Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa semakin pupus. Meskipun partai penguasa berjanji untuk terus mendorong aksesi UE, tindakan mereka yang condong ke Rusia dan penindasan terhadap oposisi telah membuat banyak warga Georgia merasa bahwa integrasi dengan Barat semakin sulit dicapai1312.

Dengan protes yang masih berlanjut dan oposisi yang bersikeras menolak legitimasi Kavelashvili, masa depan politik Georgia tetap tidak pasti. Namun, satu hal yang jelas adalah bahwa harapan Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa kini lebih jauh dari sebelumnya.