proofdaily.com – Kisah Joko Widodo (Jokowi) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah salah satu yang penuh dengan dinamika dan perubahan. Dari awal karier politiknya hingga menjadi Presiden Indonesia, Jokowi memiliki hubungan yang erat dengan PDI-P. Namun, perjalanan ini berakhir dengan pemecatan yang mengejutkan banyak pihak.
Jokowi bergabung dengan PDI-P pada tahun 2004 melalui Dewan Perwakilan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) Brengosan Purwosari, Solo. Saat itu, ia berkenalan dengan FX Hadi Rudyatmo, yang kemudian menjadi mitra politiknya dalam berbagai kontestasi politik. Bergabung dengan PDI-P menjadi langkah awal Jokowi dalam dunia politik yang lebih luas.
Jokowi memulai karier politiknya dengan maju sebagai calon Wali Kota Solo pada tahun 2005. Dengan dukungan penuh dari PDI-P, ia berhasil terpilih dan menjabat selama dua periode. Kepemimpinannya di Solo yang dikenal dengan blusukan-nya membuatnya dekat dengan rakyat dan mendapatkan perhatian dari partai serta tokoh politik nasional.
Pada tahun 2012, Jokowi maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dengan dukungan PDI-P dan Partai Gerindra. Ia berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan berhasil memenangkan pemilihan. Kesuksesan ini membuka jalan bagi Jokowi untuk maju sebagai calon presiden pada pemilihan presiden (pilpres) 2014.
Pada tahun 2014, Jokowi maju sebagai calon presiden dengan didampingi oleh Jusuf Kalla. Dengan dukungan penuh dari PDI-P, ia berhasil mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan menjadi Presiden Indonesia ke-7. Pada periode kedua kepemimpinannya pada tahun 2019, Jokowi kembali maju dengan dukungan penuh dari PDI-P dan berpasangan dengan Ma’ruf Amin. Ia memastikan periode kedua kepemimpinannya setelah mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Meskipun Jokowi berhasil memenangkan dua periode kepemimpinan dengan dukungan PDI-P, hubungan antara Jokowi dan partai Medusa88 login mulai merenggang. Salah satu momen yang menunjukkan keretakan ini adalah saat acara HUT ke-50 PDI-P di JIExpo, Jakarta, pada 10 Januari 2023. Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDI-P, menyatakan bahwa Jokowi tanpa PDI-P bukanlah apa-apa.
Keretakan hubungan ini semakin terlihat jelas pada Pilpres 2024. Jokowi tidak mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahmud MD, yang merupakan pasangan calon yang diusung oleh PDI-P. Sikap Jokowi ini menjadi salah satu alasan utama yang menyebabkan pemecatannya dari partai.
Pada 16 Desember 2024, PDI-P secara resmi memecat Jokowi dari keanggotaan partai melalui Surat Keputusan (SK) nomor 1649/KPTS/DPP/XII/2024. Pemecatan ini juga mencakup putranya, Gibran Rakabuming Raka, dan menantunya, Bobby Nasution. Pemecatan ini dilakukan karena Jokowi dianggap melanggar kode etik, Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.
Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI Perjuangan, Komarudin Watubun, membacakan surat pemecatan tersebut dalam siaran video resmi yang disiarkan oleh PDI-P. Dalam surat tersebut, Jokowi, Gibran, dan Bobby dilarang untuk melakukan kegiatan atau menduduki jabatan apapun yang mengatasnamakan PDI-P.
PDI-P mengungkapkan bahwa pemecatan Jokowi dilakukan setelah semua kontestasi politik selesai untuk menghindari narasi jahat yang mungkin muncul jika pemecatan dilakukan saat masa pilpres. PDI-P juga menyatakan bahwa pemecatan ini bukan hanya tentang Jokowi dan keluarganya, tetapi juga tentang kader-kader di seluruh Indonesia yang melakukan pelanggaran aturan partai.
Kisah Jokowi dengan PDI-P adalah cerita tentang kenaikan dan kejatuhan. Dari seorang Wali Kota Solo yang didukung oleh PDI-P hingga menjadi Presiden Indonesia dua periode, Jokowi membuat sejarah dalam politik Indonesia. Namun, hubungan yang erat ini berakhir dengan pemecatan yang mengejutkan banyak pihak. Pemecatan Jokowi dari PDI-P menandai akhir dari perjalanan politiknya bersama partai yang telah mendukungnya sejak awal kariernya.