Proboscis Monkey atau Bekantan (Nasalis larvatus) adalah salah satu primata paling mencolok dan unik yang dapat ditemukan di hutan-hutan mangrove, rawa-rawa, dan tepian sungai di pulau Borneo. Dikenal dengan ciri khas hidung panjang yang besar pada jantan, yang memberikan nama lainnya, ‘monyet hidung belalai’, Bekantan menjadi simbol keunikan biodiversitas Kalimantan. Artikel ini akan mengeksplorasi kehidupan monyet proboscis, adaptasinya yang menarik, serta tantangan yang dihadapi oleh spesies ini untuk bertahan hidup.

Deskripsi dan Karakteristik:
Proboscis Monkey memiliki ukuran yang cukup besar untuk monyet arboreal dengan panjang tubuh mencapai 50-75 cm (tidak termasuk ekor) dan berat hingga 20 kg pada pejantan. Pejantan memiliki hidung yang besar dan panjang yang bisa menggantung lebih dari 10 cm, yang berfungsi untuk menarik perhatian betina dan mendominasi teritorial. Sementara itu, betina memiliki hidung yang lebih kecil dan mancung. Tubuhnya tertutup bulu berwarna cokelat kemerahan, dengan perut yang lebih pucat dan ekor yang panjang dan ramping.

Perilaku dan Habitat:
Proboscis Monkey adalah hewan diurnal yang aktif pada siang hari. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di pohon-pohon besar dekat sumber air dan jarang turun ke tanah karena kekakuan anggota badan mereka yang lebih disesuaikan untuk berayun di antara cabang. Mereketidak hanya ahli dalam memanjat tetapi juga merupakan perenang yang baik, dengan kaki dan tangan yang sebagian berselaput, memungkinkan mereka untuk melintasi sungai atau rawa dengan mudah.

Reproduksi:
Proboscis Monkey hidup dalam harem yang terdiri dari satu pejantan dan beberapa betina. Masa gestasi berlangsung sekitar 166 hari, dan betina biasanya melahirkan satu anak pada setiap siklus kelahiran. Anak bekantan sangat bergantung pada ibunya dan tetap dalam perawatan intensif hingga mereka cukup dewasa dan mandiri.

Konservasi:
Status konservasi Proboscis Monkey adalah ‘Terancam Punah’ menurut IUCN Red List. Faktor utama yang berkontribusi pada penurunan populasi mereka adalah kehilangan habitat akibat deforestasi untuk pembangunan, perkebunan kelapa sawit, dan kebakaran hutan. Selain itu, perburuan dan polusi sungai juga menambah daftar ancaman bagi spesies ini. Upaya konservasi termasuk perlindungan habitat, penegakan hukum terhadap perburuan ilegal, dan penelitian untuk lebih memahami ekologi spesies ini sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka.

Kesimpulan:
Proboscis Monkey tidak hanya menarik perhatian dunia karena penampilannya yang unik, tetapi juga karena peranannya sebagai spesies indikator kesehatan ekosistem hutan mangrove dan rawa. Pelestarian monyet proboscis melibatkan perlindungan ekosistem yang luas dan memberikan manfaat bagi banyak spesies lain yang hidup dalam habitat yang sama. Kesadaran dan dukungan dari masyarakat global dan lokal, bersama dengan kebijakan konservasi yang efektif, adalah kunci untuk memastikan bahwa monyet berhidung panjang ini dapat terus bertahan dan berkembang biak di hutan Borneo. Kehadiran mereka merupakan warisan alam yang tak ternilai yang harus kita lindungi.